Friday, February 22, 2013

Share kejadian hipnotis ke murid gw, tentang : “arti kata peduli”.

kejadian yg paling melekat sampe detik ini adalah ketika seorang bocah sebelas tahun atau setara kelas 4 SD minta dihipnotis. Gw kaget banget. Kaget karena melihat usianya yg begitu belia menyatakan banyak beban pikiran yang mengganggu konsentrasi belajarnya. Terlintas rasa penasaran dalam batin dan pikiran gw tentang kehidupan bocah tersebut. “masa iya bocah seumuran dia bisa punya masalah complicated?” batin gw dalam hati. 

Oiya sebelumnya gw emang bisa hipnotis meskipun gak jago2 amat. Murid2 gw sering minta dihipnotis karena merasa bahwa setelah gw hipnotis ada sedikit kelegaan dan ada input pemikiran baru supaya lebih semangat belajar. Biasanya Mereka selalu minta dihipnotis ketika ada masalah yg gak bisa mereka ungkapkan secara sadar dan berujung mengganggu aktivitas belajar mereka. Gw bersyukur karena sejauh ini tujuan gw lakukan hipnotis semata2 adalah “hypnosis for education” dimana hipnotis yg gw lakukan bertujuan untuk pendidikan, ningkatin motivasi belajar, juga kualitas hidup.

Ada waktu berkala juga dimana gw hipnotis semua murid gw buat suntik motivasi via alam bawah sadar. Gw pengen Bantu melegakan beban pikiran manusia yg tertahan tak mampu diungkapkan yg berujung di stagnansi gagasan atau sering dibilang stack alias gak focus sama hal lain selain sama masalahnya. Makanya coba dikeluarkanlah beban2 tersebut melalui hipnotis.

Lanjut pada cerita gw hari ini, akhirnya gw putuskan untuk melakukan hipnotis ke bocah itu. Seperti biasa dimulai relaksasi hingga akhirnya si bocah pun tertidur. Mulailah gw gali informasi kehidupannya. Fyi penggalian informasi dilakukan untuk mencari sumber masalah dan meredakannya dengan penanaman pemikiran melalui sugesti yg akurat berdasarkan masalah tsb.

Yapz mulailah gw Tanya nama, sekolah, hubungan dengan teman2, dan keluarga. Sebut saja namanya Udin. Tinggal di Tanjung Priuk. Udin tinggal di panti tempat gw ngajar. Panti milik pemerintah yg concern handle masalah anak jalanan. Meskipun masih kuliah, dan di jurusan yg gak nyambung dengan hal ini, karena gw kul di jurusan teknik mesin, tapi entah kenapa gw sangat interest dalam fenomena social kyk gini.

Back to topic, Mulailah udin bercerita tentang kerasnya kehidupan dia di jalanan. Berawal dari Perceraian orangtuanya, udin jadi lebih sering nongkrong di jalan. Akhirnya mulailah udin tergiur aktivitas kawan2nya. Menjadi bajilo. kependekan dari “bajing loncat”. Inti dari pekerjaan bajilo adalah mencuri barang2 dari mobil yg melintas di wilayah mereka. Namun untuk kasus udin, dia menjadi bajilo spesialis besi atau baja.

Pendapatan perhari cukup menggiurkan, sekitar 20ribu sampe 200ribu. Yapz sebanding dengan tingkat kefatalan resikonya. Terpeleset dari mobil dan tergilas, jatuh menghantam aspal, dan kengerian lainnya. Teman perempuan udin, dian sedang dirawat di rumah sakit karena kaki dan tangannya patah ketika beraksi sebagai bajilo juga.

Gw sempet terpikir kemana ini orangtuanya yg dengan tega membiarkan anaknya “bermain-main” dalam keadaan dimana nyawa dipertaruhkan di jalanan. Kenapa saya sebut bermain2? Yapz karena kebutuhan udin bukan semata2 karena butuh uangnya, tapi butuh teman, butuh perhatian, juga butuh kasih sayang. Dan kesemuanya didapat udin dari kawan2 di jalanan. Hal ini berbeda dengan mayoritas murid saya yg lain yg usianya lebih dewasa. Mereka melakukan keiatan di jalanan memang dengan tujuan untuk mencari uang. Meski Banyak juga motif2 lainnya.

Akhirnya udin mulai mengenal jauh dunia jalanan. Perkenalan udin dengan dunia jalanan kian erat. Sehingga tiba pada suatu hari dimana Mulailah udin diperkenalkan “ngelem” oleh kawan2 jalanan. Penolakan yg udin coba lakukan malah berujung pemukulan. Akhirnya udin terbuai untuk mencobanya. “Terasa enak kak. Awalnya pusing tapi setelah itu enak kak ngayalnya” ujar udin. Mungkin itu keadaan “fly” nya. Dan akhirnya rutinitas tersebut sudah menjadi kebiasaan.
Terakhir, gw bertanya “udin tidur dimana?” degan nada lirih. “di kolong jembatan kak bareng temen2, pake terpal” jawabnya terputus2.

Gw stop pertanyaan gw dan mulai alihkan focus pikiran udin dengan sugesti pendekatan hubungan antara kebahagiaan dan kesengsaraan agar tertanam keinginan untuk lebih semangat belajar, dan tinggalkan kehidupan jalanannya.

Miris mendengar Udin yg masih belia sudah mengenal kerasnya jalanan. Teriris mendengar dirinya kurang perhatian hingga akhirnya berbantal aspal jalanan temukan kenyamanan.

Masih banyak udin2 lainnya di luar sana, di sekitar rumahmu, di sekitar sekolah, kampus dan kantormu. Banyak udin2 lainnya yg masih di jalanan untuk berbagai alasan. Apakah kita menyadarinya? Sudahkah kita coba ulurkan tangan?
Yapz uluran tangan tidak perlu hanya berisikan rupiah, namun bisa juga dengan senyuman dan sedikit pengetahuan/ilmu serta perhatian. Mungkin akan pendidikannya, keluarganya, dan lain sebagainya. Semoga ada sedikit kasih sayang dari kita untuk mereka.

Mari kita sama2 gali lagi arti kata peduli, , kembali telusuri makna cinta yg sebenarnya. .

(tulisan pendek bayu hanggara)

1 comment:

  1. sedih,, kalo tau kenyataan,, mungkin banyak lagi cerita yang lebih menyedihkan dari itu.. Aku pun kadang gak peka..
    Padahal kita diwajibkan untuk merubahnya dengan ucapan, bila tidak bisa dengan ucapan dengan tindakan, bila tidak mampu dengan tindakan dengan doa, dan itu adalah serendah-rendahnya iman..

    ReplyDelete